Minggu, 11 Desember 2022

RESUME BUKU PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI KARYA Prof. Dr H. Hafied Cangara, M. Sc

 

Judul buku       : Pengantar Ilmu Komunikasi (edisi keempat)          

Penulis             : Prof.Dr.H.Hafied Cangara M.Sc

Penerbit           : PT RajaGrafindo Persada

Tahun terbit     2019 (cetakan ke-19)

 




 

BAB 8

KOMUNIKATOR

 

            Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Karena itu komunikator disebut juga pengirim, sumber, source, atau encoder. Suatu hal yang sering diupakan oleh komunikator sebelum memulai aktivitas komunikasinya yaitu bercermin pada dirinya. Apakah syarat-syarat yang harus dimiliki seorang komunikator yang handal telah dipenuhi atau belum.

Syarat-syaratnya yaitu :

 

Mengenal Diri Sendiri

          Komunikator adalah pengambil inisiatif terjadinya suatu proses komunikasi. Dia yang harus mengetahui lebih awal tentang kesiapan dirinya, pesan yang ingin disampaikan, media yang akan digunakan, hambatan yang mungkin ditemui, serta khalayak yang akan menerima pesannya.

            Untuk memahami diri sendiri, Joseph Luft dan Harrington Ingham memperkenalkan sebuah konsep yang dikenal dengan nama “Johari Window”, sebuah kaca jendela terdiri atas empat bagian, yakni : wilayah terbuka (open area), wilayah buta (blind area), wilayah tersembunyi (hidden area), dan wilayah tak dikenal (unknown area).

 

Wilayah Terbuka

          Pada wilayah terbuka kita mengenal diri kita dalam hal kepribadian, kelebihan dan kekurangan. Menurut konsep ini, kepribadian, kelebihan dan kekurangan yang kita miliki selain diketahui oleh diri sendiri, juga diketahui orang lain. Dengan demikian, jika kita ingin sukses dalam berkomunikasi, maka kita harus mampu mempertemukan keinginan kita dan keingina orang lain.


Wilayah Buta

          Menurut Joseph dan Harrington, wilayah buta ini ada pada setiap manusia dan sulit dihapus sama sekali, kecuali mengurangi. Salah satu caranya ialah bercermin pada nilai, norma dan hokum yang diikuti orang lain.


Wilayah Tersembunyi

          Ada dua konsep yang erat hubungannya dengan wilayah tersembunyi, yakni over disclose dan under disclose.

Over disclose ialah sikap terlalu banyak mengungkapkan sesuatu, sehingga hal-hal yang seharusnya di sembunyikan juga diutarakan. Misalnya konflik dalam rumah tangganya, utangnya, dll. Sedangkan Under disclose ialah sikap terlalu menyembunyikan sesuatu yang seharusnya dikemukakan.

 

Wilayah Tak Dikenal

          Wilayah tak dikenal adalah wilayah yang paling kritis dalam komunikasi. Sebab selain kita sendiri yang tidak mengenal diri, juga orang lain tidak mengetahui siapa kita. Menurut Joseph Luft dan Harrington Ingham, keempat wilayah konsep Johari Window merupakan kesatuan yang terdapat dalam diri setiap orang. Hanya saja kadar wilayah itu berbeda antara satu orang dengan yang lain.

 

Kepercayaan (Credibility)

          Kredibilitas adalah seperangkat presepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh banyak khalayak (penerima). Gobble, menteri propaganda Jerman dalam perang dunia ke II menyatakan bahwa, untuk menjadi seorang komuikator yang efektif harus memiliki kredibilitas yang tinggi.

            James McCroskey (1996) lebih jauh menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari kompeensi (competence), sikap (character), tujuan (intention), kepribadian (personality), dan dinamika (dynamism).

Menurut bentuknya kredibilitas dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

1.Initial Credibility

Yaitu kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung. Misalnya seorang pembicara sudah punya nama besar, sehingga bisa mendatangkan banyak orang.

2.Derived Credibility

Yaitu kredibilitas yang diperoleh saat komunikasi berlangsung, misalnya memperoleh tepuk tangan dari pendengar karena pidatonya masuk diakalnya atau membakar semangatnya.

3.Terminal Credibility

Yaitu kredibilitas yang diperoleh seorang komunikator setelah pendengar atau pembaca mengikuti ulansannya. Berlo seorang pakar komunikasi dari Michigan University menambahkan bahwa kredibilitas seorang pembaca atau penulis bisa diperoleh, bila ia memiliki kemampuan berkomunikasi secara lisan atau tertulis, pengetahuan yang luas tentang apa yang dibahasnya, sikap jujur dan bersahabat, serta mampu beradaptasi dengan system social budaya dimana khalayak berada.


Daya Tarik (attractive)

            Daya tarik adalah salah satu factor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibilitas. Factor daya tarik banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Pendengar atau pembaca bisa mengikuti komunikator karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan (similiarty), dikenal baik (familiarty), disukai (liking), dan fisiknya (physic).

            Mill dan Anderson (1965) menemukan dalam penelitiannya bahwa komunikator yang telah memiliki fisik yang menarik, lebih menggugah pendapat dan sikap seseorang. Karena itu seorang juru penerangan, petugas hubungan masyarakat, pramuniaga sdisyaratkan memiliki bentuk fisik yang menarik selain ketrampilan berkomunikasi.

 

Kekuatan (power)

            Kekuatan adalah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ingin mempengaruhi orang lain. Kekuatan juga bias diartikan sebagai kekuasaan dimana khalayak dapat dengan mudah menerima suatu pendapat kalau suatu pendapat itu disampaikan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Seorang komunikator yang ingin sukses, tidak hanya memilik kekuatan saja, melainkan harus bisa berempaty, artinya komunikator memiliki kemampuan untuk memproyeksikan dirinya kedalam orang lain.   

            Faktor lain yang turut menentukan berhasil tidaknya komunikasi adalah homophily, yakni adanya kesamaan yang tidak dimiliki oleh seorang komunikator dengan khalayak. Misalnya, dalam hal bahasa, pendidikan, agama, usia dan jenis kelamin.

 

 

 

 

BAB 9

PESAN

(Kode Verbal dan Nonverbal)

 

 

            Membicarakan pesan (message) dalam proses komunikasi, kita tidak bisa melepaskan diri dari apa yang disebut simbol dan kode, karena pesan yang dikirim komunikator kepada penerima terdiri atas rangkaian  simbol dan kode.

 

Simbol dan Kode

          Simbol adalah lambang yang memiliki suatu objek, sementara kode adalah seperangkat simbol yang telah disusun secara sistematis dan teratur sehingga memiliki arti. Sebuah simbol yang tidak memiliki arti bukanlah kode. Kata David K. Berlo (1960). Lampu pengatur lalu lintas (traffic light) yang dipasang di pinggir jalan misalnya adalah simbol polisi lalu lintas, sedangkan simbol warna yang telah disusun secara teratur menjadi kode bagi pemakai jalan.

            Kode pada dasarnya dapat dibedakan atas dua macam, yakni Kode Verbal (bahasa) dan Kode Nonverbal (isyarat).

 

1.      Kode Verbal

                        Kode verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa dapat       didefinisikan             seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi    himpunan        kalimat yang mengandung arti. Bahasa memiliki banyak fungsi, namun    sekurang-         kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan      komunikasi yang         efektif. Ketiga fungsi itu, ialah:

·         untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita

·         untuk membina hubungan yang baik di antara sesama manusia

·         untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.

 

2.      Kode Non Verbal

            Manusia dalam berkomunikasi selain memakai kode verbal (bahasa) juga memakai kode nonverbal. Kode nonverbal biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language). Kode nonverbal yang digunakan dalam berkomunikasi, sudah lama menarik perhatian para ahli terutama dari kalangan antropologi, bahasa, bahkan dari bidang kedokteran. Perhatian para ahli untuk mempelajari bahasa nonverbal diperkirakan dimulai sejak 1873, terutama dengan munculnya tulisan Charles Darwin tentang bahasa ekspresi wajah manusia.

 

Dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya, kode nonverbal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk, antara lain:


 1)      Gerakan Badan (Body Gaze)

            Ialah kode nonverbal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan. Gerakan-      gerakan badan bisa dibedakan atas lima macam berikut.

 

·         Emblems

 

·         Illustrators

 

·         Affect Displays

 

·         4) Regulators

 

·         5) Adaptory

 

 2)      Gerakan Mata (Eye Gaze)

            Mata adalah alat komunikasi yang paling berarti dalam memberi isyarat tanpa       kata. Ungkapan "pandangan mata mengundang" atau lirikan matanya memiliki arti adalah isyarat yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan mata. Bahkan ada            yang menilai bahwa gerakan mata adalah pencerminan isi hati seseorang.

 3)      Sentuhan (Touching)

            Touching Ialah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Menurut         bentuknya     sentuhan badan dibagi atas tiga macam berikut.

 

·         Kinesthetic

 

·         2) Sociofugal

 

·         Thermal

 4)      Paralanguage

Paralanguage ialah isyarat yang ditunjukkan dari tekanan atau irama suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu dibalik apa yang diucapkan. Misalnya "datanglah" bisa diartikan betul-betul mengundang kehadiran kita atau sekeder basa-basi.

5)    Diam

Berbeda dengan tekanan suara, sikap diam juga merupakan kode nonverbal yang mempunyai arti. Untuk memahami sikap diam, kita perlu belajar terhadap budaya atau kebiasaan-kebiasaan seseorang. Pada suku-suku tertentu ada kebiasaan tidak senang menyatakan"Tidak" tetapi juga tidak berarti "Ya".Diam adalah perilaku komunikasi sekarang ini makin banyak dilakukan oleh orang-orang yang bersikap netral dan mau aman.

 

 

 

BAB 10

MEDIA

 

            Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia, seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud dalam buku ini, ialah media yang digolongkan atas empat macam, yakni media antarpribadi, media kelompok, media publik, dan media massa.

 

Media Antar Pribadi

          Surat adalah Media komunikasi antar pribadi yang makin banyak digunakan, terutama dengan makin meningkatnya sarana pos serta makin banyaknya penduduk yang dapat menulis dan membaca.

            Sejak ditemukannya teknologi selular, penggunaan telepon genggam (handphone) semakin marak di kalangan anggota masyarakat, mulai dari kalangan birokrat, pengusaha, ibu-ibu, mahasiswa, pelajar, sopir taksi, tukang ojek, sampai penjual sayur. Ini pertanda bahwa pemakaian telepon selular tidak lagi dimaksudkan sebagai simbol prestise, melainkan lebih banyak digunakan untuk kepentingan bisnis, kantor, organisasi, dan urusan keluarga.

 

Media Publik

            Kalau khalayak sudah lebih dari 200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan biasanya disebut media publik, misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan semacamny Dalam rapat akbar, khalayak berasal dari berbagai macam bentuk, namun masih mempunyai homogenitas, misalnya kesamaan partai, kesamaan agama, kesamaan kampung, dan lain-lain. Dalam rapat akbar (public media) khalayak melihat langsung pembicara yang tampil di atas podium, bahkan biasanya sesudah mereka berbicara, mereka turun berjabat tangan dengan para pendengar sehingga terjalin keakraban di antara mereka meski kadangkala pembicara tidak dapar mengidentifikasi satu persatu pendengarnya.

 

Media Massa

          Jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada maka biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Karakteristik media massa ialah sebagai berikut.

1)      Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpula pengelolaan sampai pada penyajian informasi.
 

2)      Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakuka kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau toh terjadi reaksi atau umpan biasanya memerlukan waktu dan tertunda. balik
 

3)      Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintang waktu dan jarak, karena ia memilikikcepatan.
 

4)      Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.
 

5)       Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

 

Surat Kabar

            Surat kabar boleh dikata sebagai media massa tertua sebelum ditemukan film, radio, dan TV. Surat kabar dapat dibedakan atas periode terbit, ukuran, dan sifat penerbitannya..
 
Film
 
        Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan TV. Film dengan kemampuan daya visualnya yang didukung audio yang khas, sangat efektif sebagai media hiburan
 
Radio
 
        Salah satu kelebihan medium radio dibanding dengan media lainnya, ialah cepat dan mudah dibawa ke mana-mana Radio bisa dinikmati sambil mengerjakan pekerjaan lain.
 

Televisi
 
        Dewasa ini televisi boleh dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang.
 
Komputer
 
        Komputer sering kali disebut sebagai otak tiruan (artificial brain). kehadiran komputer telah banyak membawa perubahan terutama dalam mempermudah tugas-tugas jurnalistik sepert pengiriman dan pengolahan berita secara elektronik. Demikian pula bagi kantor-kantor seperti perbankan dan keuangan, perencanaan, dan bisnis data menjadi sarana dalam membantu pengambilan keputusan (decision making) yang cepat, murah, aman, dan akurat.

 

 

 

BAB 11

GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI

 

            Menurut Shannon dan Weaver (1949), gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif. Sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan ialah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan penerima.

            Gangguan atau rintangan komunikasi dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu sebagai berikut:

1)      Rintangan Fisik

Rintangan fisik dibedakan menjadi 3, yaitu

·         Rintangan Geografis

·         Rintangan Organik

·         Gangguan Alat

 

2)      Rintangan Sosial Budaya

Ada beberapa macam rintangan sosil budaya yang menyebabkan komunikasi tidak bisa berlangusung dengan baik, antara lain:

·         Rintangan Semantik dan Psikologis

Gangguan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan (Blake, 1979).

 

 

·         Rintangan Kerangka Berpikir

Rintangan kerangka berpikir ialah rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi.

 

·         Rintangan Budaya

Rintangan budaya ialah rintangan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalarn komunikasi.

 

·         Rintangan Status

Rintangan status ialah rintangan yang disebabkan karena jarak sosial di antara peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior dan yunior atau atasan dan bawahan. Perbedaan seperti ini biasanya menuntut perilaku komunikasi yang selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat.

 

 

 

BAB 12

PENERIMA

 

            Penerima biasa disebut dengan istilah khalayak, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Suatu kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayak sudah pasti komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuannya.

            Dari aspek sosiodemografik, komunikator perlu memahami. hal-hal sebagai berikut.

1)    Jenis kelamin, apakah khalayak itu mayoritas laki-laki atau wanita.

2)    Usia, apakah khalayak umumnya anak-anak, remaja atau orang tua.

3)    Populasi, apakah jumlah khalayak yang ada kurang dari 10 orang atau lebih dari 50 orang.

4)    Lokasi, apakah khalayak umumnya tinggal di desa atau di kota.

5)    Tingkat pendidikan, apakah mereka rata-rata sarjana atau hanya tamatan sekolah dasar.

6)    Bahasa, apakah mereka bisa mengerti bahasa Indonesia atau tidak.

7)    Agama, apakah semuanya beragama Islam atau ada yang beragama lain.

8)    Pekerjaan, apakah mereka umumnya petani, nelayan, guru atau pengusaha.

9)    Ideologi, apakah mereka umumnya anggota partai tertentu atau tidak.

10   Pemilikan media, apakah mereka rata-rata memiliki pesawat TV, berlangganan surat kabar atau   tidak.

 

            Aspek profil psikologis, ialah memahami khalayak dari segi kejiwaan, di antaranya adalah sebagai berikut.

1)     Emosi, apakah mereka rata-rata memiliki temperamen mudah tersinggung, sabar, atau periang?

2)    Bagaimana pendapat-pendapat mereka?

3)    Adakah keinginan mereka yang perlu dipenuhi?

4)    Adakah selama ini mereka menyimpan rasa kecewa,frustrasi atau dendam?

    

        Dari aspek karakteristik perilaku khalayak, perlu diketahui hal-hal sebagai berikut.

1)    Hobi, apakah mereka umumnya suka olahraga, menyanyi atau pelesiran?

2)    Nilai dan norma, hal-hal apa yang menjadi tabu bagi mereka?

3)    Mobilitas sosial, apakah mereka umumnya suka bepergian atau tidak?

4)    Perilaku komunikasi, apakah kebiasaan mereka suka berterus terang atau tidak?

 

 

BAB 13

PENGARUH

 

            Semua peristiwa komunikasi yang dilakukan secara terencana mempunyai tujuan, yakni memengaruhi khalayak atau penerima. Pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan (Stuart, 1988). Pengaruh adalah salah satu elemen dalam berkomunikasi yang sangat penting untuk mengetahui berhasil tidaknya komunikasi yang kita inginkan. Pengaruh dapat dikatakan mengena jika perubahan (P) yang terjadi pada penerima sama dengan tujuan (T) yang diinginkan oleh komunikator (P=T), atau seperti rumus yang dibuat oleh Jamias (1989), yakni pengaruh (P) sangat ditentukan oleh sumber, pesan, media, dan penerima (P=S/P/M/P). Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behavior). Pada tingkatan pengetahuan pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat.

            Faktor lain yang perlu mendapat perhatian dalam pengaruh, ialah umpan balik (feedback). Sebenarnya umpan balik adalah pengaruh yang langsung di terima oleh sumber dari penerima. Umpan balik bisa berupa data, pendapat, komentar atau saran. Namun perlu diketahui bahwa umpan balik memiliki konsekuensi yang dapat mematahkan kreativitas komunikator jika hal itu bertendensi negative, sebaliknya bisa juga mendorong komunikator untuk lebih maju dan lebih baik, jika umpan balik bersifat positif. Perbedaan seperti ini menyebkan terjadinya pelapisan penerima terhadap suatu informasi atau ide, yakni adanya kelompok sasaran (public) yang pro, ada yang menentang dan ada pula kelompok yang ambivalent. Kelompok sasaran yang pro atau setuju terhadap suatu gagasan biasanya dipelopori oleh orang-orang yang gandrung pada perubahan.