Judul buku :
Pengantar
Ilmu Komunikasi (edisi keempat)
Penulis : Prof.Dr.H.Hafied Cangara M.Sc
Penerbit : PT RajaGrafindo Persada
Tahun terbit : 2019 (cetakan ke-19)
BAB
8
KOMUNIKATOR
Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak.
Karena itu komunikator disebut juga pengirim, sumber, source, atau encoder.
Suatu hal yang sering diupakan oleh komunikator sebelum memulai aktivitas
komunikasinya yaitu bercermin pada dirinya. Apakah syarat-syarat yang harus
dimiliki seorang komunikator yang handal telah dipenuhi atau belum.
Syarat-syaratnya yaitu :
Mengenal Diri Sendiri
Komunikator adalah pengambil inisiatif
terjadinya suatu proses komunikasi. Dia yang harus mengetahui lebih awal
tentang kesiapan dirinya, pesan yang ingin disampaikan, media yang akan
digunakan, hambatan yang mungkin ditemui, serta khalayak yang akan menerima
pesannya.
Untuk memahami diri sendiri, Joseph Luft dan Harrington
Ingham memperkenalkan sebuah konsep yang dikenal dengan nama “Johari Window”,
sebuah kaca jendela terdiri atas empat bagian, yakni : wilayah terbuka (open
area), wilayah buta (blind area), wilayah tersembunyi (hidden area), dan
wilayah tak dikenal (unknown area).
Wilayah Terbuka
Pada wilayah terbuka kita mengenal diri kita dalam hal kepribadian, kelebihan dan kekurangan. Menurut konsep ini, kepribadian, kelebihan dan kekurangan yang kita miliki selain diketahui oleh diri sendiri, juga diketahui orang lain. Dengan demikian, jika kita ingin sukses dalam berkomunikasi, maka kita harus mampu mempertemukan keinginan kita dan keingina orang lain.
Wilayah Buta
Menurut Joseph dan Harrington, wilayah
buta ini ada pada setiap manusia dan sulit dihapus sama sekali, kecuali
mengurangi. Salah satu caranya ialah bercermin pada nilai, norma dan hokum yang
diikuti orang lain.
Wilayah Tersembunyi
Ada dua konsep yang erat hubungannya
dengan wilayah tersembunyi, yakni over disclose dan under disclose.
Over disclose ialah sikap
terlalu banyak mengungkapkan sesuatu, sehingga hal-hal yang seharusnya di sembunyikan
juga diutarakan. Misalnya konflik dalam rumah tangganya, utangnya, dll.
Sedangkan Under disclose ialah sikap terlalu menyembunyikan sesuatu yang
seharusnya dikemukakan.
Wilayah Tak Dikenal
Wilayah tak dikenal adalah wilayah yang
paling kritis dalam komunikasi. Sebab selain kita sendiri yang tidak mengenal
diri, juga orang lain tidak mengetahui siapa kita. Menurut Joseph Luft dan
Harrington Ingham, keempat wilayah konsep Johari Window merupakan kesatuan yang
terdapat dalam diri setiap orang. Hanya saja kadar wilayah itu berbeda antara
satu orang dengan yang lain.
Kepercayaan (Credibility)
Kredibilitas adalah seperangkat presepsi
tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti
oleh banyak khalayak (penerima). Gobble, menteri propaganda Jerman dalam perang
dunia ke II menyatakan bahwa, untuk menjadi seorang komuikator yang efektif
harus memiliki kredibilitas yang tinggi.
James McCroskey (1996) lebih jauh menjelaskan bahwa kredibilitas
seorang komunikator dapat bersumber dari kompeensi (competence), sikap
(character), tujuan (intention), kepribadian (personality), dan dinamika
(dynamism).
Menurut bentuknya
kredibilitas dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1.Initial Credibility
Yaitu kredibilitas yang
diperoleh komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung. Misalnya seorang
pembicara sudah punya nama besar, sehingga bisa mendatangkan banyak orang.
2.Derived Credibility
Yaitu kredibilitas yang
diperoleh saat komunikasi berlangsung, misalnya memperoleh tepuk tangan dari
pendengar karena pidatonya masuk diakalnya atau membakar semangatnya.
3.Terminal Credibility
Yaitu kredibilitas yang diperoleh seorang komunikator setelah pendengar atau pembaca mengikuti ulansannya. Berlo seorang pakar komunikasi dari Michigan University menambahkan bahwa kredibilitas seorang pembaca atau penulis bisa diperoleh, bila ia memiliki kemampuan berkomunikasi secara lisan atau tertulis, pengetahuan yang luas tentang apa yang dibahasnya, sikap jujur dan bersahabat, serta mampu beradaptasi dengan system social budaya dimana khalayak berada.
Daya Tarik (attractive)
Daya tarik adalah salah satu factor yang harus dimiliki
oleh seorang komunikator selain kredibilitas. Factor daya tarik banyak
menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Pendengar atau pembaca bisa mengikuti
komunikator karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan (similiarty),
dikenal baik (familiarty), disukai (liking), dan fisiknya (physic).
Mill dan Anderson (1965) menemukan dalam penelitiannya
bahwa komunikator yang telah memiliki fisik yang menarik, lebih menggugah
pendapat dan sikap seseorang. Karena itu seorang juru penerangan, petugas
hubungan masyarakat, pramuniaga sdisyaratkan memiliki bentuk fisik yang menarik
selain ketrampilan berkomunikasi.
Kekuatan (power)
Kekuatan adalah kepercayaan diri yang harus dimiliki
seorang komunikator jika ingin mempengaruhi orang lain. Kekuatan juga bias
diartikan sebagai kekuasaan dimana khalayak dapat dengan mudah menerima suatu
pendapat kalau suatu pendapat itu disampaikan oleh orang yang memiliki
kekuasaan. Seorang komunikator yang ingin sukses, tidak hanya memilik kekuatan
saja, melainkan harus bisa berempaty, artinya komunikator memiliki kemampuan
untuk memproyeksikan dirinya kedalam orang lain.
Faktor lain yang turut menentukan berhasil tidaknya
komunikasi adalah homophily, yakni adanya kesamaan yang tidak dimiliki oleh
seorang komunikator dengan khalayak. Misalnya, dalam hal bahasa, pendidikan,
agama, usia dan jenis kelamin.
BAB
9
PESAN
(Kode
Verbal dan Nonverbal)
Membicarakan pesan (message) dalam proses komunikasi,
kita tidak bisa melepaskan diri dari apa yang disebut simbol dan kode, karena
pesan yang dikirim komunikator kepada penerima terdiri atas rangkaian simbol dan kode.
Simbol dan Kode
Simbol adalah lambang yang memiliki suatu
objek, sementara kode adalah seperangkat simbol yang telah disusun secara
sistematis dan teratur sehingga memiliki arti. Sebuah simbol yang tidak
memiliki arti bukanlah kode. Kata David K. Berlo (1960). Lampu pengatur lalu
lintas (traffic light) yang dipasang di pinggir jalan misalnya adalah simbol
polisi lalu lintas, sedangkan simbol warna yang telah disusun secara teratur
menjadi kode bagi pemakai jalan.
Kode
pada dasarnya dapat dibedakan atas dua macam, yakni Kode Verbal (bahasa) dan
Kode Nonverbal (isyarat).
1.
Kode Verbal
Kode verbal dalam pemakaiannya menggunakan
bahasa. Bahasa dapat didefinisikan seperangkat kata yang telah disusun
secara berstruktur sehingga menjadi himpunan
kalimat yang mengandung arti.
Bahasa memiliki banyak fungsi, namun sekurang- kurangnya ada tiga fungsi yang erat
hubungannya dalam menciptakan komunikasi
yang efektif. Ketiga fungsi itu,
ialah:
·
untuk mempelajari tentang dunia sekeliling
kita
·
untuk membina hubungan yang baik di antara
sesama manusia
·
untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam
kehidupan manusia.
2. Kode Non Verbal
Manusia dalam berkomunikasi selain
memakai kode verbal (bahasa) juga memakai kode nonverbal. Kode nonverbal biasa
disebut bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language). Kode nonverbal yang
digunakan dalam berkomunikasi, sudah lama menarik perhatian para ahli terutama
dari kalangan antropologi, bahasa, bahkan dari bidang kedokteran. Perhatian
para ahli untuk mempelajari bahasa nonverbal diperkirakan dimulai sejak 1873,
terutama dengan munculnya tulisan Charles Darwin tentang bahasa ekspresi wajah
manusia.
Dari
berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya, kode nonverbal dapat dikelompokkan
dalam beberapa bentuk, antara lain:
Ialah kode nonverbal yang
ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan. Gerakan- gerakan badan bisa dibedakan atas lima macam berikut.
·
Emblems
·
Illustrators
·
Affect Displays
·
4) Regulators
·
5) Adaptory
2) Gerakan Mata (Eye Gaze)
Mata adalah alat komunikasi yang paling berarti dalam memberi isyarat tanpa kata. Ungkapan "pandangan mata mengundang" atau lirikan matanya memiliki arti adalah isyarat yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan mata. Bahkan ada yang menilai bahwa gerakan mata adalah pencerminan isi hati seseorang.
Touching Ialah isyarat yang
dilambangkan dengan sentuhan badan. Menurut bentuknya sentuhan badan dibagi atas tiga macam
berikut.
·
Kinesthetic
·
2) Sociofugal
·
Thermal
Paralanguage ialah isyarat yang ditunjukkan dari tekanan atau irama suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu dibalik apa yang diucapkan. Misalnya "datanglah" bisa diartikan betul-betul mengundang kehadiran kita atau sekeder basa-basi.
5) Diam
Berbeda dengan tekanan suara, sikap diam juga merupakan kode nonverbal yang mempunyai arti. Untuk memahami sikap diam, kita perlu belajar terhadap budaya atau kebiasaan-kebiasaan seseorang. Pada suku-suku tertentu ada kebiasaan tidak senang menyatakan"Tidak" tetapi juga tidak berarti "Ya".Diam adalah perilaku komunikasi sekarang ini makin banyak dilakukan oleh orang-orang yang bersikap netral dan mau aman.
BAB
10
MEDIA
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar
psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media yang paling
dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia, seperti mata dan telinga.
Pesan-pesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia
untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan
dalam tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud dalam buku ini, ialah media
yang digolongkan atas empat macam, yakni media antarpribadi, media kelompok,
media publik, dan media massa.
Media Antar Pribadi
Surat adalah Media komunikasi antar
pribadi yang makin banyak digunakan, terutama dengan makin meningkatnya sarana
pos serta makin banyaknya penduduk yang dapat menulis dan membaca.
Sejak ditemukannya teknologi selular, penggunaan telepon
genggam (handphone) semakin marak di kalangan anggota masyarakat, mulai dari
kalangan birokrat, pengusaha, ibu-ibu, mahasiswa, pelajar, sopir taksi, tukang
ojek, sampai penjual sayur. Ini pertanda bahwa pemakaian telepon selular tidak
lagi dimaksudkan sebagai simbol prestise, melainkan lebih banyak digunakan
untuk kepentingan bisnis, kantor, organisasi, dan urusan keluarga.
Media Publik
Kalau khalayak sudah lebih dari 200-an orang, maka media
komunikasi yang digunakan biasanya disebut media publik, misalnya rapat akbar,
rapat raksasa dan semacamny Dalam rapat akbar, khalayak berasal dari berbagai
macam bentuk, namun masih mempunyai homogenitas, misalnya kesamaan partai,
kesamaan agama, kesamaan kampung, dan lain-lain. Dalam rapat akbar (public
media) khalayak melihat langsung pembicara yang tampil di atas podium, bahkan
biasanya sesudah mereka berbicara, mereka turun berjabat tangan dengan para
pendengar sehingga terjalin keakraban di antara mereka meski kadangkala
pembicara tidak dapar mengidentifikasi satu persatu pendengarnya.
Media Massa
Jika khalayak tersebar tanpa diketahui di
mana mereka berada maka biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat
yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima)
dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film,
radio, dan televisi. Karakteristik media massa ialah sebagai berikut.
1) Bersifat melembaga, artinya pihak yang
mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpula
pengelolaan sampai pada penyajian informasi.
2) Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang
dilakuka kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima.
Kalau toh terjadi reaksi atau umpan biasanya memerlukan waktu dan tertunda.
balik
3) Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi
rintang waktu dan jarak, karena ia memilikikcepatan.
4) Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti
radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.
5) Bersifat
terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa
mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.
Surat Kabar
Surat kabar
boleh dikata sebagai media massa tertua sebelum ditemukan film, radio, dan TV.
Surat kabar dapat dibedakan atas periode terbit, ukuran, dan sifat
penerbitannya..
Televisi
BAB 11
GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI
Menurut Shannon dan
Weaver (1949), gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang
mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat
berlangsung secara efektif. Sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan ialah
adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung
sebagaimana harapan komunikator dan penerima.
Gangguan atau rintangan
komunikasi dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu sebagai berikut:
1) Rintangan Fisik
Rintangan fisik dibedakan menjadi 3, yaitu
·
Rintangan
Geografis
·
Rintangan Organik
·
Gangguan
Alat
2) Rintangan Sosial Budaya
Ada beberapa macam rintangan sosil budaya yang
menyebabkan komunikasi tidak bisa berlangusung dengan baik, antara lain:
·
Rintangan Semantik
dan Psikologis
Gangguan
semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa
yang digunakan (Blake, 1979).
·
Rintangan
Kerangka Berpikir
Rintangan
kerangka berpikir ialah rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi
antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam
berkomunikasi.
·
Rintangan
Budaya
Rintangan
budaya ialah rintangan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan norma,
kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalarn
komunikasi.
·
Rintangan
Status
Rintangan
status ialah rintangan yang disebabkan karena jarak sosial di antara peserta
komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior dan yunior atau atasan dan
bawahan. Perbedaan seperti ini biasanya menuntut perilaku komunikasi yang
selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat.
BAB 12
PENERIMA
Penerima biasa disebut
dengan istilah khalayak, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience,
decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses
komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil
tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Suatu
kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayak sudah pasti komunikasi itu akan
gagal dalam mencapai tujuannya.
Dari aspek
sosiodemografik, komunikator perlu memahami. hal-hal sebagai berikut.
1) Jenis kelamin, apakah khalayak itu mayoritas
laki-laki atau wanita.
2) Usia, apakah khalayak umumnya anak-anak, remaja
atau orang tua.
3) Populasi, apakah jumlah khalayak yang ada
kurang dari 10 orang atau lebih dari 50 orang.
4) Lokasi, apakah khalayak umumnya tinggal di desa
atau di kota.
5) Tingkat pendidikan, apakah mereka rata-rata
sarjana atau hanya tamatan sekolah dasar.
6) Bahasa, apakah mereka bisa mengerti bahasa
Indonesia atau tidak.
7) Agama, apakah semuanya beragama Islam atau ada
yang beragama lain.
8) Pekerjaan, apakah mereka umumnya petani,
nelayan, guru atau pengusaha.
9) Ideologi, apakah mereka umumnya anggota partai
tertentu atau tidak.
10 Pemilikan media, apakah mereka rata-rata
memiliki pesawat TV, berlangganan surat kabar atau tidak.
Aspek profil
psikologis, ialah memahami khalayak dari segi kejiwaan, di antaranya adalah
sebagai berikut.
1) Emosi, apakah mereka rata-rata memiliki
temperamen mudah tersinggung, sabar, atau periang?
2) Bagaimana pendapat-pendapat mereka?
3) Adakah keinginan mereka yang perlu dipenuhi?
4) Adakah selama ini mereka menyimpan rasa
kecewa,frustrasi atau dendam?
Dari aspek
karakteristik perilaku khalayak, perlu diketahui hal-hal sebagai berikut.
1) Hobi, apakah mereka umumnya suka olahraga,
menyanyi atau pelesiran?
2) Nilai dan norma, hal-hal apa yang menjadi tabu
bagi mereka?
3) Mobilitas sosial, apakah mereka umumnya suka
bepergian atau tidak?
4) Perilaku komunikasi, apakah kebiasaan mereka
suka berterus terang atau tidak?
BAB 13
PENGARUH
Semua peristiwa
komunikasi yang dilakukan secara terencana mempunyai tujuan, yakni memengaruhi
khalayak atau penerima. Pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan (Stuart, 1988). Pengaruh adalah salah satu elemen dalam berkomunikasi
yang sangat penting untuk mengetahui berhasil tidaknya komunikasi yang kita
inginkan. Pengaruh dapat dikatakan mengena jika perubahan (P) yang terjadi pada
penerima sama dengan tujuan (T) yang diinginkan oleh komunikator (P=T), atau
seperti rumus yang dibuat oleh Jamias (1989), yakni pengaruh (P) sangat
ditentukan oleh sumber, pesan, media, dan penerima (P=S/P/M/P). Pengaruh bisa
terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan
perilaku (behavior). Pada tingkatan pengetahuan pengaruh bisa terjadi dalam
bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat.
Faktor lain yang perlu
mendapat perhatian dalam pengaruh, ialah umpan balik (feedback). Sebenarnya
umpan balik adalah pengaruh yang langsung di terima oleh sumber dari penerima.
Umpan balik bisa berupa data, pendapat, komentar atau saran. Namun perlu
diketahui bahwa umpan balik memiliki konsekuensi yang dapat mematahkan
kreativitas komunikator jika hal itu bertendensi negative, sebaliknya bisa juga
mendorong komunikator untuk lebih maju dan lebih baik, jika umpan balik
bersifat positif. Perbedaan seperti ini menyebkan terjadinya pelapisan penerima
terhadap suatu informasi atau ide, yakni adanya kelompok sasaran (public) yang
pro, ada yang menentang dan ada pula kelompok yang ambivalent. Kelompok sasaran
yang pro atau setuju terhadap suatu gagasan biasanya dipelopori oleh orang-orang
yang gandrung pada perubahan.
